Sabtu, 07 Mei 2011

asuhan keperawatan vsd

LAPORAN PENDAHULUAN
VENTRIKEL SEPTUM DEFECT ( VSD )

A.     DEFINISI










Jantung adalah organ berupa otot berbentuk kerucut. Fungsi utama jantung adalah untuk memompakan darah ke seluruh tubuh dengan cara mengembang dan menguncup yang disebabkan oleh karena adanya rangsangan yang berasal dari susunan saraf otonom. Penyakit jantung bawaan adalah kelainan struktural jantung yang kemungkinan terjadi sejak lahir dan beberapa waktu setelah bayi dilahirkan. Anak adalah merupakan potensi dan penerus dari cita – cita bangsa untuk melanjutkan pembangunan sehingga anak perlu dicaga agar terhindar dari penyakit.
VSD adalah suatu penyakit kelainan pada jantung bawaan berupa lubang pada septum interventrikuler, lubang tersebut dapat hanya satu atau lebih yang terjadi akibat kegagalan fungsi septim interventrikuler semasa janin dalam kandungan.
VSD (Ventrikulare Septum Defek) adalah suatu keadaan dimana ventrikel tidak terbentuk secara sempurna sehingga pembukaan antara ventrikel kiri dan kanan terganggu, akibat darah dari bilik kiri mengalir kebilik kananpada saat sistole.
B.     ETIOLOGI
Penyebabnya tidak diketahui. VSD lebih sering ditemukan pada anak-anak dan seringkali merupakan suatu kelainan jantung bawaan. Pada anak-anak, lubangnya sangat kecil, tidak menimbulkan gejala dan seringkali menutup dengan sendirinya sebelum anak berumur 18 tahun. Pada kasus yang lebih berat, bisa terjadi kelainan fungsi ventrikel dan gagal jantung.
VSD bisa ditemukan bersamaan dengan kelainan jantung lainnya. Faktor prenatal yang mungkin berhubungan dengan VSD:
-          Rubella atau infeksi virus lainnya pada ibu hamil
-          Gizi ibu hamil yang buruk
-          Ibu yang alkoholik
-          Usia ibu diatas 40 tahun
-          Ibu menderita diabetes

C.     KLASIFIKASI

a.       VSD kecil dengan tahanan pada a.pulmonalis masih normal.
b.      VSD sedang dengan tahanan pada a.pulmonalis massih normal.
c.       VSD besar dan sudah disertai hipertensi pulmonal yang dinamis, hipertensi pulmonal terjadi karena bertambahnya volume darah pada a.pulmonalis tetapi belum ada kenaikan tahanan a.pulmonalis atau belum ada arteriosklerosis a.pulmonalis.

D.    MANIFESTASI KLINIS
Menurut ukurannya VSD dapat dibagi menjadi :
1.      VSD kecil
ü      Biasanya asimptomatik
ü      Defek kecil 1 – 5 mm
ü      Tidak ada gangguan tumbuh kembang
ü      Bunyi jantung normal, kadang ditemukan bising peristaltik yang menjalar ke seluruh tubuh perikardium dan berakhir pada waktu distolik karena terjadi penutupan VSD
ü      EKG : dalam batas normal atau terdapat sedikit peningkatan aktivitas ventrikel kiri
ü      Radiologi : ukuran jantung normal, vaskularisasi paru normal atau sedikit meningkat
ü      Menutup secata spontan pada waktu umur 3 tahun
ü      Tidak diperlukan kateterisasi jantung

2.      VSD sedang
ü      Sering terjadi simptom pada masa bayi
ü      Sesek nafas pada waktu aktivitas terutama waktu minum, memerlukan waktu lebih lama untuk makan dan minum, sering tidak mampu menghabiskan minuman dan makanannnya
ü      Defek 5 – 10 mm
ü      BB sukar naik sehingga tumbuh kembang terganggu
ü      Mudah menderita infeksi biasanya memerlukan waktu lama untuk sembuh
paru tetapi umumnya responsif terhadap pengobatan
ü      Takipnue
ü      Retraksi
ü      Bentuk dada normal
ü      EKG : terdapat peningkatan aktivitas ventrikel kiri maupun kanan , tetapi kiri lebih meningkat
ü      Radiologi : terdapat pembesaran jantung derajat sedang, conus pulmonalis menonjol, peningkatan vaskularisasi paru dan pembesaran pembuluh darah di hilus

3.      VSD besar
ü      Sering timbul gejala pada masa neonatus
ü      Dispnea meningkat setelah terjadi peningkatan pirau kiri ke kanan dalam minggu pertama setelah lahir
ü      Pada minggu ke 2 atau 3 simptom mulai timbul akan tetapi gagal jantung biasanya baru timbul setelah minggu ke 6 dan sering didahului infeksi saluran nafas bagian bawah
ü      Bayi tampak sesak nafas pada saat istirahat, kadang tampak sianosis karena kekurangan oksigen akibat gangguan pernafasan
ü      Gangguan tumbuh kembang
ü      EKG : terdapat peningkatan aktivitas ventrikel kanan dan kiri
ü      Radiologi : pembesaran jantung nyata dengan conus pulmonalis yang tampak menonjol pembuluh darah hilus membesar dan peningkatan vaskularisasi paru perifer

E.     PATOFISIOLOGI
Darah arterial mengalir dari ventrikel kiri ke ventrikel kanan melalui defek pada septum intraventrikular. Perbedaan tekanan yang besar membuat darah mengalir dengan deras dari ventrikel kiri ke ventrikel kanan  menimbulkan bising.
Darah dari ventrikel kanan didorong masuk ke a.pulmonalis. Makin besar defek, makin banyak darah masuk ke a.pulmonalis. Tekanan yang terus-menerus meninggi pada a.pulmonalis akan menaikan tekanan pada kapiler paru. Mula-mula naiknya tekanan kapiler ini masih reversibel (belum ada perubahan pada endotel dan tunika muskularis arteri-arteri kecil paru. Akan tetapi, lama-lama pembuluh darah paru menjadi sklerosis dan akan menyebabkan naiknya tahanan yang permanen. Bila tahanan pada a.pulmonalis sudah tinggi dan permanen, tekanan pada ventrikel kanan juga jadi tinggi dan permanen.
F.      PEMERIKSAAN PENUNJANG DAN DIAGNOSTIK

1.      Kateterisasi jantung menunjukkan adanya hubungan abnormal antar ventrikel
2.      EKG dan foto toraks menunjukkan hipertropi ventrikel kiri
3.      Hitung darah lengkap adalah uji prabedah rutin
4.       Uji masa protrombin ( PT ) dan masa trombboplastin parsial ( PTT ) yang dilakukan sebelum pembedahan dapat mengungkapkan kecenderungan perdarahan
5.      Elektrokardiorafi
Ø      Pada VSD kecil gambaran EKGnya normal.
Ø      Pada VSD sedang dan besar biasanya gambaran EKGnya hipertensi ventrikel kiri dengan hipertrofi atrium kiri atau hipertrofi biventrikular dengan hipertrofi atrium kiri.
6.      Radiologi
Ø      Pada VSD kecil gambaran radiologi thorax menunjukkan besar jantung normal dengan/tanpa corakan pembuluh darah berlebih.




G.    KOMPLIKASI

1.      Gagal jantung kronik
2.      Endokarditis infektif
3.      Terjadinya insufisiensi aorta atau stenosis pulmonar
4.      Penyakit vaskular paru progresif
5.      Kerusakan sistem konduksi ventrikel

H.    PENATALAKSANAAN

1.      VSD kecil tidak perlu dirawat, pemantauan dilakukan di poliklinik kardiologi anak.
2.      Berikan antibiotik seawal mungkin.
3.      Vasopresor atau vasodilator adalah obat – obat yang dipakai untuk anak dengan VSD dan gagal jantung misal dopamin ( intropin ) memiliki efek inotropik positif pada miokard menyebabkan peningkatan curah jantung dan peningkatan tekanan sistolik serta tekanan nadi. Sedang isoproterenol ( isuprel ) memiliki efek inotropik posistif pada miokard menyebabkan peningkatan curah jantung dan kerja jantung.
4.      Bayi dengan gagal jantung kronik mungkin memerlukan pembedahan lengkap atau paliatif dalam bentuk pengikatan / penyatuan arteri pulmonar. Pembedahan tidak ditunda sampai melewati usia prasekolah.
Pembedahan yang dilakukan untuk memperpanjang umur harapan hidup, dilakukan pada umur muda, yaitu dengan 2 cara :
·        Pembedahan : menutup defek dengan dijahit melalui cardiopulmonal bypass
·        Non pembedahan : menutup defek dengan alat melalui kateterisasi jantung






DAFTAR PUSTAKA
1.      Cecily L. Bets, Linda A. Sowden, Buku Saku Keperawatan Pediatri, Edisi 3, Jakarta : EGC, 2002.

2.      Ramaswamy P. Ventricular septal defect, general concepts. [Online]. 2009 Feb 10 [cited 2010 May 25]; Available from: URL: http://emedicine.medscape.com/article/892980-overview


3.      Ilmu Kesehatan Anak 2, Bagian ilmu Kesehatan FKUI, Staf pengajar Ilmu Kesehatan Anak, FKUI, Jakarta.

4.      Sariadai, S.kp & Rita Yuliani, S.kp. Asuhan Keperawatan Pada Anak. PT. Fajar interpratama. Jakarta











ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN
VENTRIKEL SEPTUM DEFECT (VSD)
1.        Pengkajian

a.    Kaji adanya komplikasi
b.    Riwayat kehamilan
c.    Riwayat perkawinan
d.    Pemeriksaan umum :
Keadaan umum, berat badan, tanda – tanda vital, jantung dan paru
Pemeriksaan fisik
I. VSD kecil
Palpasi:
Impuls ventrikel kiri jelas pada apeks kordis. Biasanya teraba getaran bising pada SIC III dan IV kiri.
Auskultasi:
Bunyi jantung biasanya normal dan untuk defek sedang bunyi jantung II agak keras. Intensitas bising derajat III s/d VI.
II. VSD besar
Inspeksi:
Pertumbuhan badan jelas terhambat,pucat dan banyak kringat bercucuran. Ujung-ujung jadi hiperemik. Gejala yang menonjol ialah nafas pendek dan retraksi pada jugulum, sela intercostal dan regio epigastrium.
Palpasi:
Impuls jantung hiperdinamik kuat. Teraba getaran bising pada dinding dada.
Auskultasi:
Bunyi jantung pertama mengeras terutama pada apeks dan sering diikuti ‘click’ sebagai akibat terbukanya katup pulmonal dengan kekuatan pada pangkal arteria pulmonalis yang melebar. Bunyi jantung kedua mengeras terutama pada sela iga II kiri.
e.    Pemeriksaan psikososial
f.      Pemeriksaan diagnostik
g.    Kaji aktivitas anak

2.      Diagnosa Keperawatan
Pre op
1.      Gangguan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan tidak adekuatnya suplai oksigen dan zat nutrisi ke jaringan.
2.      Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara pemakaian oksigen oleh tubuh dan suplai oksigen ke sel.
3.      Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kelelahan pada saat makan dan meningkatnya kebutuhan anak.
4.      Penurunan curah jantung yang berhubungan dengan malformasi jantung.
Post op
1.      Cemas berhubungan dengan ketidaktahuan terhadap keadaan post op.
2.      Resiko gangguan pertukaran gas berhubungan dengan tidak adekuatnya ventilasi.
3.      Resiko gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan pemasangan mesin jantung.
4.      Nyeri berhubungan dengan luka post op.
5.      Resiko komplikasi


3.      Intervensi dan Rasional
Pre op
1.      Gangguan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan tidak adekuatnya suplai oksigen dan zat nutrisi ke jaringan.

Intervensi
Rasionalisasi
1.    Monitor tinggi dan berat badan setiap hari dengan timbangan yang sama dan waktu yang sama dan didokumentasikan dalam bentuk grafik.
2.    Ijinkan anak untuk sering beristirahat dan hindarkan gangguan pasa saat tidur.
1.    Mengetahui perubahan berat badan.




2.    Tidur dapat mempercepat pertumbuhan dan perkembangan anak.


2.      Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara pemakaian oksigen oleh tubuh dan suplai oksigen ke sel.
Intervensi
Rasionalisasi
1.    Anjurkan klien untuk melakukan permainan dan aktivitas yang ringan.
2.    Bantu klien untuk memilih aktifitas sesuai usia, kondisi dan kemampuan.
3.    Berikan periode istirahat setelah melakukan aktifitas.
1.    Melatih klien agar dapat beradaptasi dan mentoleransi terhadap aktifitasnya.
2.    Melatih klien agar dapat toleranan terhadap aktifitas.
3.    Mencegah kelelahan berkepanjangan.

3.      Resiko gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan pemasangan mesin jantung.
Intervensi
Rasionalisasi
1.       Hindarkan kelelahan yang sangat saat makan dengan porsi kecil tapi sering.
2.       Libatkan keluarga dalam pelaksanaan aktifitas klien.

3.       Jangan batasi minum bila anak sering minta minum karena kehausan.

1.     Jika kelelahan dapat diminimalkan maka masukan akan lebih mudah diterima dan nutrisi dapat terpenuhi.
2.     Klien diharapkan lebih termotivasi untuk terus melakukan latihan aktifitas.
3.     Anak yang mendapat terapi diuretik akan kehilangan cairan cukup banyak sehingga secara fisiologis akan merasa sangat haus.



4.      Penurunan curah jantung yang berhubungan dengan malformasi jantung.
Intervensi
Rasionalisasi
1.      Observasi kualitas dan kekuatan denyut jantung , nadi perifer, warna dan kehangatan kulit.
2.      Tegakkan derajat cyanosis (misal : warna membran mukosa derajat finger).
3.      Berikan obat – obat diuretik sesuai order.

1.      Memberikan data untuk evaluasi intervensi dan memungkinkan deteksi dini terhadap adanya komplikasi.
2.      Mengetahui perkembangan kondisi klien serta menentukan intervensi yang tepat.
3.      Mengurangi timbunan cairan berlebih dalam tubuh sehingga kerja jantung akan lebih ringan.
Post op
1.      Cemas berhubungan dengan ketidaktahuan terhadap keadaan post op.
Intervensi :
a.       Orientasikan klien dengan lingkungan
b.      Ajak keluarga untuk mengurangi klien jika kondisi sudah stabil
c.       Jelaskan keadaan yang fisiologis pada klien post op

2.      Resiko gangguan pertukaran gas berhubungan dengan tidak adekuatnya ventilasi.
Intervensi :
a.       Berikan respirasi support ( 24 jam post op )
b.      Analisa gas darah
c.       Berikan chest terapi
d.      Batasi cairan
e.       Lakukan suction trache bronch

3.      Resiko gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan pemasangan mesin jantung.
Intervensi :
a.       Batasi cairan
b.      Monitor dan catat intake dan output
c.       Monitor tanda – tanda penurunan cairan
d.      Monitor cairan dari drain toraks pada 4 – 6 jam pertama, tidak lebih dari 200 cc / jam

4.      Nyeri berhubungan dengan luka post op.
Intervensi :
a.       Periksa sternotomi
b.      Catat lokasi dan lamanya nyeri
c.       Bedakan nyeri insisi dan angina
d.      Kolaborasi dengan dokter dengan memberikan obat – obat analgetik

5.      Resiko komplikasi
Intervensi :
a.       Berikan keluarga pendidikan kesehatan dalam rangka persiapan pulang / rehabilitasi
b.      Diskusikan tentang penyakit klien selama fase penyembuhan
c.       Aktifitas ditingkatkan secara bertahap
d.      Berikan diet rendah garam
e.       Timbang BB tiap hari





Tidak ada komentar:

Posting Komentar